Kirim Balik Lima Kontainer Sampah Indonesia ke Negara Maju
Friday, June 21, 2019
1 Comment
Sejak
Tiongkok berhenti menerima pasokan sampah plastik dunia, Asia Tenggara menjadi
sasaran baru limbah plastik dari negara maju. Setelah Malaysia dan Filipina
mengirim balik berton-ton sampah kembali negara asal sampah tersebut, kini
giliran Indonesia melakukan hal serupa dengan mengirim balik lima kontainer
sampah ke Amerika Serikat.
Sekretaris
Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun KLHK Sayid
Muhadhar mengatakan pemerintah menemukan sepatu bekas, plastik, dan popok yang
dikirim bersamaan dengan kertas bekas di lima buah kontainer yang diimpor dari
Seattle Maret lalu.
Kargo
tersebut diimpor dari sebuah perusahaan di Kanada yang menyediakan kertas
bekas. Namun pihak kementerian tidak menjelaskan apakah sampah tersebut berasal
dari Kanada atau Amerika Serikat.
“Kertas
bekas berasal dari Kanada, tetapi pelabuhan muatnya ada di Seattle. Jadi kita
kembalikan dulu ke Seattle, ke pelabuhan muatnya," Kata Sayid dikutip
BBC Indonesia.
Kertas
bekas adalah salah satu bahan baku dalam industri pembuatan kertas. Dan
Indonesia adalah salah satu negara yang mengalami ketergantungan dengan
impor kertas bekas. Dari catatan Kementerian Perindustrian, Indonesia perlu 6,2
juta ton kertas bekas untuk industri. Sementara kertas bekas lokal baru bisa
dipenuhi 2,5 juta. Artinya sisa kekurangan tersebut akhirnya dipenuhi dengan
cara impor.
Selain
impor kertas, Indonesia juga ketergantungan dengan impor sampah plastik. Data
Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2018 menunjukkan peningkatan impor sampah
plastik Indonesia sebesar 141 persen atau sekira 283.152 ton, dan
meningkat lebih dari 100 persen jika dibandingkan impor sampah plastik pada
2013 yang ‘cuma’ 124.433 ton.
Menurut
catatan Kementerian Perindustrian nilai impor plastik Indonesia mencapai US$6
miliar per tahun. Kemenperin mengatakan dengan kebutuhan bahan baku industri
plastik nasional sebesar 5,6 juta ton per tahun. Indonesia masih kekurangan
hampir 2 juta ton plastik, yang bisa dipenuhi dari pasokan impor.
Indonesia
sebetulnya masih kalah dari Tiongkok dalam hal impor sampah plastik. Sebelum
2019, Tiongkok adalah negara pengimpor sampah plastik terbesar di dunia. Sempat
dilaporkan bahwa Tiongkok sempat mengolah separuh dari total sampah
plastik dunia. Namun, pada 2018, Tiongkok berkomitmen menghentikan impor sampah
plastik dari negara lain dengan alasan lingkungan. India pun mengikuti langkah
Tiongkok dalam melarang impor sampah plastik. Hal ini membuat negara maju
seperti Amerika Serikat dan Kanada yang selama ini ketergantungan mengekspor
sampah ke negara lain karena tidak punya kemampuan mendaur ulang, kewalahan
mencari pengganti Tiongkok.
Sebagai
hasilnya jutaan ton sampah plastik dari Eropa, Australia, dan Amerika Serikat
menumpuk di Asia Tenggara. Vietnam baru-baru ini sedang memberlakukan
moratorium untuk memberikan izin impor baru, Thailand tengah mengkaji larangan
impor sampah, sementara Malaysia dan Filipina juga telah mengirim kembali
tumpukan sampah ke negara pengirimnya.
April
lalu LSM lingkungan Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton)
dalam Investigasinya mengungkap praktik kotor yang dilakukan Australia yang
diam-diam menyelundupkan sampah ke dalam kontainer berisi kertas bekas ke Jawa
Timur. Hasilnya, sampah plastik dan rumah tangga tersebut sulit didaur ulang
dan akhirnya mencemari Sungai Brantas.
Direktur
Eksekutif organisasi lingkungan Ecoton, Prigi Arisandi mengatakan peraturan
pemerintah terkait impor limbah tak dilaksanakan dengan tegas. Pemerintah sudah
menetapkan bahwa bobot sampah plastik tak boleh lebih dari 2 persen dari bobot
kertas bekas. Berdasarkan temuan Prigi dan timnya, sepanjang 2018 bobot sampah
plastik yang masuk ke Indonesia mencapai 30 persen. Jika hal ini terus
berlangsung bukan mustahil negara-negara berkembang hanya akan menjadi tempat
pembuangan sampah plastik ilegal dari negara maju.
"Mereka
tidak mau lingkungannya terganggu karena sampah, karenanya menaruh risiko itu
ke negara-negara miskin atau berkembang karena kita tidak memiliki regulasi
terlalu kuat," kata Prigi.

1 Response to "Kirim Balik Lima Kontainer Sampah Indonesia ke Negara Maju"
test
Post a Comment